Oleh Abiyyi Yahya Hakim
Hampir setahun berlalu, kini Labscout telah berjalan lebih maju. Dimulai dari gebrakan pasca-peresmian gudep di mana Labscout langsung mengirimkan wakilnya di Gelar Kreativitas Penggalang, lalu rencana keikutsertaan di Jambore Dunia 2015. Namun, sebelumnya, Labscout telah mengarsir sejarah baru. Mirip dengan tahun lalu, yaitu dalam drama perkemahan selama 2 malam, yang akhirnya tercipta mujahid baru Labscout.
Ibadah shalat Jumat telah
selesai, hujan mengguyur Labsky, namun ada beberapa kelompok siswa yang sibuk
mondar-mandir. Plaza agak berkurang luasnya, karena hampir 30% bagiannya
dipakai untuk meletakkan tas dan barang-barang besar.
Dua orang anggota pramuka terlihat sibuk usai
berakhirnya shalat Jumat. Tentunya keduanya laki-laki. Mereka menuju ke ruang guru untuk melakukan rapat kilat penentuan
panitia.
Ruang guru sedang ruwet.
Banyak orang keluar masuk. Dua senior Pramuka itu duduk serius di pojok ruang guru. Tak sampai 2 menit, panitia kilat pun jadi. Beruntung
upacara pembukaan dan pelepasan pelantikan dikoordinasi oleh ekskul Paskibra.
Anak Labscout hanya mengoordinasi anggotanya.
Berdoa memohon kelancaran kegiatan. |
Dalam 15 menit, barisan upacara telah rapi dan upacara
hampir siap dilaksanakan. Namun, ada suatu kesalahan fatal, penghitungan seluruh
jumlah peserta oleh Paskibra mengalami perbedaan drastis. Kak Ukim, ketua
gudep, meminta adanya penghitungan ulang. Itu memakan lebih dari 30 menit.
Jadwal pemberangkatan terlambat jauh.
Perjalanan sekitar 3 jam cukup mengefek pada jadwal
acara sebelumnya. Saat di jalan tol, tak terlalu menderita, karena masih bisa merasakan
semilir angin sore. Namun, bagi yang memakia jam tangan, terutama senior, bisa
dipastikan akan sering melihatnya, karena ada kekhawatiran. “Inka, pukul
berapa?” Kata-kata itu agak sering keluar dari mulutku.
Perjalanan juga menempuh kemacetan. Sebenarnya
ada plus minus mengenai penggunaan tronton yang tak terlalu besar. Bisa blusukan, namun jadi memperbanyak
armada. Setelah menanti lama, akhirnya sampai juga. “Abiyyi, nanti lo bantu turunkan barang ya,” tolong
Inka.
“Sip. Sip. Oy, nanti yang laki tahan dulu,
turunkan barang.”
Kami baru sampai di d’Jungle hampir waktu isya. Perlu dikehatui, perjalanan
dari tronton ke perkemahan pun agak memakan waktu. Bawaan yang berat juga
membantu kelelahan. Beruntung Labscout tak diizinkan membawa tentengan.
Pembagian saung pun lumayan memakan waktu.
Peserta mungkin tak lagi terlalu memikirkan kerohanian, maka direlakanlah terjadi
penjamakan shalat. Pembagian pun agak tak nyaman.
Sementara terjadi keruwetan di tenda utama, Kak
Gofur mengomandoi para senior Labscout, yang berjumlah 12 orang. “Cek barang di
tronton, barag taruh di sini saja dulu.” Wah, ada lapak, mungkin khusus untuk
senior. Lumayan nyaman lapaknya ini, haha.
Kami semua ikut, kecuali 3 wanita dan Rakhen.
Aku ingat ada satu tongkat milik junior yang katanya tertinggal di tronton
juga. Makanya ini sekalian. Selama di perjalanan, para pemeriksa barang itu
lumayan berdiskusi. “Wah, ini lumayan gelap. Nanti untuk jurit malam bisa lewat
sini ya.”
“Makanya, kita harus survei dulu, tapi ndak mungkin malam begini.” Sekembali
dari pengambilan barang tertinggal, yang ternyata cukup berat, senior kembali
berkumpul di lapak atau posko.
“Eh, Ica dan satu lagi masih di barisan, panggil
tuh. Kita mau diskusi.” Ica pun dipanggil, dan senior berkumpul di posko, lalu
berdiskusi.
“Oya, kalian selalu pakai itu kacu, sebagai
tanda dinas,” perintah Kak Gofur. Senior agak bersantai. Namun, beberapa senior
masih belum mendapatkan saung. Sementara, barang ditaruh di posko. Lambat laun,
orang demi orang mengetahui jatah tidurnya. Agak tidak mengenakkan bagi Kak
Daffa Ananda Rialdo karena dalam saung itu hanya beliau yang berstatus sebagai
anggota Labscout.
“Ah, gue tidur di lapak sini ajalah, sama Kak
Gofur.”
“Iya, ndak
papa, supaya gampang berkomunikasi juga, to.”
Singkat saja, shalat Isya, dilanjutkan makan malam
pun dilaksanakan,
agak telat juga. Kegiatan dilanjutkan dengan mandiri, masing-asing ekskul. “Kak, kayaknya
kita ndak bisa berbuat banyak malam
ini, ya,” Tanya salah seorang senior.
“Iya,” jawab Kak Gofur.
“Kita ngapain,
Kak, habis ini?”
“Itu aja, materi, disampaikan.”
“Oh, saya, Kak? Iya sih, Kak, buat SKU juga kan.”
“Iya.”
“Ya udah, nanti kami kumpulkan di sini aja ya?”
“Iya.”
Dalam kegiatan mandiri, Labscout hanya menggelar
pemberian materi oleh Kak Abiyyi Yahya Hakim dan Kak Carissa Nuryasmin Putri
tentang pengetahuan umum kepramukaan. Penyampaian berlangsung tertib, junior lumayan aktif.
Lalu, Labscout angkatan 2 pergi ke “Pulau Kapuk”, Labscout#1 atau Ekapurwa Tilaka
(nama tidak resmi para Labscout#1) melanjutkan untuk pelantikan Penggalang
Rakit. “Kalian
pakai seragam Pramuka lengkap, dengan dalamannya kaus hitam.”
“Oh, kaus hitamnya dipake sekarang, Kak?”
“Iya, jadi selanjutnya nggak akan pake kaus
hitam lagi.” Ekapurwa Tilaka kembali ke saungnya masing-masing untuk berganti
pakaian seragam Pramuka.
“Selamat bersenang-senang di Pulau Kapuk,” sahut
salah seorang senior kepada juniornya yang hendak tidur.
Sebelum
pembarisan, Kak Fattiah bertanya, “Ada yang bawa kamera?”
“Oh, ya, Kak,
saya ada!!” Wah, lumayan, kejadian ini bisa diabadikan.
Lalu, Kak
Gofur membariskan Ekapurwa Tilaka dengan 3 banjar. Tahap pertama, akan ada tes
mengenai kompas.
Satu
per satu akan dites pembidikan kompas.
"Perebusan" di "Kawah Candradimuka". |
Selanjutnya,
ada pengetesan untuk tali-temali. Ekapurwa dibagi ke dalam 2 kelompok. Setiap
kelompok harus bisa membuat satu pioneering
berbentuk jemuran. Tahap ini pun berjalan lancar. Kak Gofur mengomandoi kami
untuk membentuk satu banjar, dan berjalan dalam kegelapan. Beberapa langkah
kemudian, senior harus jalan satu per satu ketika diberi komando, lalu
berkumpul di satu tempat. Yang sudah sampai disuruh membuka baju Pramuka, dan
hanya menggunakan kaus hitam.
Mata kami
diharuskan tertutup. Setiap orang memegang pundak kawan di depannya, kecuali
Fadhlan yang kebagian menjadi orang terdepan. Langkah demi langkah kami jalani
dengan gelisah. Kecemasan makin menjelma nyata ketika kaki kami merasakan
kebasahan. Tampaknya kami dibawa ke suatu sungai.
“Semuanya
jongkok!!” Wah, ono-ono wae. Berarti
dipastikan telah basah.
Seorang Penggalang Rakit harus
lebih berjiwa pramuka daripada juniornya, makanya Kak Gofur agak berlaku keras
terhadap pendidikan para calon Penggalang Rakit di “Kawah Candradimuka” ini.
Sampai pukul 3, barulah selesai prosesi ini, membuat Labscout#1 tidak bisa
tidur, kecuali beberapa orang yang sempat mencuri waktu 1 jam untuk ikut ke
“Pulau Kapuk”. Menghadapi kebasahan baju ini, para Ekapurwa Tilaka telah memfasilitasi
diri mereka atas terbentuknya jemuran. Digantunglah baju-baju mereka itu.
Itulah Pramuka sejati.
Posko senior
Labscout atau Ekapurwa Tilaka terlihat terang, dan memang akan selalu terang.
Terlihat Kak Gofur masih terjaga. Ada seorang lagi yang bercengkerama dengan
pelatih Labscout ini, dengan seorang sahabatnya.
“Kak, ternyata
jahit TKU di lengan baju susah juga ya, nggak kayak di selempang, soalnya ini
nggak linear, sih,” bilang seorang senior.
“Daff, ini
miring, nggak?” Telah diketahui yang diajak bicara itu Kak Daffa.
“Haha, miring
itu.” Ah, susah ya. Kupilih untuk membongkar lagi jahitan itu. Sepertinya akan
ada rasa menyerah dalam hal ini.
“Tadinya aku
mau coba bantu kalian menjahit TKU, tapi ternyata punyaku aja susah banget, ah,
kapok.” Sementara dua orang kawan itu bercengkerama melawan kantuk, Kak Gofur
memilih berselimut untuk beristirahat sebentar.
Sabtu, 15 November 2014
Menjelang waktu shubuh,
sekitar pukul 4, Labscout#2 dibangunkan. Anggota ekskul lainnya juga
dibangunkan oleh seniornya. Semua bersiap untuk shalat Shubuh. Singkat, selesai
shalat Shubuh, dengan komando masih di
tangan Paskibra, semua melakukan olahraga pagi.
Untuk mengisi
acara, Kak I Ketut S.A. Suputra akan mengajarkan semafor kepada Labscout#2.
Labscout lainnya menunggu perintah Kak Gofur. Lalu, beberapa kesempatan
kemudian, ada komando bahwa Labscout dan KIR akan melakukan pendakian
bebarengan, dan Paskibra belakangan.
Sarapan dilakukan secara
mandiri. Labcout#2 tetap akan mendapat komando saat makan, namun lebih moderat
daripada tadi malam. Setelah itu, ada pembarisan di lapangan. Ekapurwa juga
membawahi KIR, sehingga KIR juga dalam komando Ekapurwa. Regu pertama, regu
Singa, jalan menuju curug dengan Kak Abiyyi sebagai pemandu. Regu selanjutnya
mengikuti secara berurutan.
Keriaan di curug. |
Penjelajahan
kali ini bisa jadi termasuk banyak kasus pacat. Terdengar banyak jeritan
manusia yang kaget melihat pacat di baju atau kulitnya. Pacat-pacat ini terutama
beredar di daerah agak basah. Namun, peserta tetap bersemangat mengikuti
penjelajahan ini, salah satunya adalah sebagai syarat mendapatkan TKK
Penjelajah.
Sekitar 1 jam
perjalanan, akhirnya peserta sampai di curug. Sambil menunggu semua gelombang
sampai, yang telah sampai lebih dulu bisa bercanda ria, membasahi baju, dll..
Awalnya banyak yang tidak ingin bajunya basah. Namun, seakan hal itu tak akan
bisa terjadi, karena pasti akan dibasahi kawannya.
Setelah semua
sampai, kami berfoto ria, dengan beberapa tema. Dinginnya air membuat serunya
keadaan semakin berseri. Akhirnya, semua dipastikan basah sekujur tubuh.
Terpaksa, peserta harus turun bukit dengan kebasahan yang sangat. Saat Labscout
dan KIR turun, kami berpapasan dengan SkyPask.
Dalam
perjalanan menurun, simpangan kecepatan antarorang sangat tidak menentu. Perjalanan
sangat terbagi dalam beberapa kloter. Arah turun pun berbeda-beda, karena
memang ada beberapa jalur untuk sampai ke perkemahan. Dalam gelombangku,
sepertinya hanya saya sendiri yang berstatus sebagai senior. Ah, agak grogi,
saya harus berperan sebagai pemandu tunggal. Apa lagi ada tuntutan pelayanan
pencabutan pacat dari baju salah satu junior. Mau tak mau, sebagai tetua
satu-satunya, ane harus melayani.
Namun, untungnya saya sudah pernah melewati jalur ijni 2 tahun lalu saat OL.
Saat kloterku telah sampai di
perkemahan, terlihat Kak Daffa telah sampai, dan banyak yang masih basah.
Beberapa Labscout#2 yang rajin telah rapi kembali, seperti Quinta Allaya, Syafira
Aisah, dll., kebanyakan merupakan putri. Sebelum Paskibra tiba di perkemahan,
kami, Labscout masih mempunyai waktu untuk bercanda ria. Inilah Pramuka, bukan
Paskibra, antara senior dan junior bisa akrab dan bercanda.Pramuka yang serbaguna, berkreasi untuk menjemur. |
Salah satu
saung putri dibuat posko candaan. Kak Gofur membuat lagi sebuah jemuran dari
rangkaian tongkat. Kak Abiyyi dan Kak Haikal membantu. Sementara itu, Kak Daffa
sedang lumayan stres disebabkan ikat pinggangnya yang sedang hilang. Haikal
lalu berceloteh sempurna candaan yang mengutuk. Mungkin Haikal telah terbukti
kutukannya manjur kepada Daffa, atas insiden yang dialami mereka saat Gelar
Kreativitas Penggalang 2014 lalu (tanya sendiri kepada ybs.).
Kak Abiyyi dan
Kak Haikal merupakan dua senior yang terakhir kali mendapat giliran mandi. “Haik,
wis yok, mandi!”
“Ayo, Kak!
Tunggu ane ya!” Aku dan Haikal menuju
ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama, dua orang senior ini telah berputih rapi.
Persiapan untuk shalat Zhuhur
dan makan siang, Labscout#2 dibariskan. Paskibra baru saja sampai. Kegiatan
selanjutnya yaitu shalat dan makan. Sebagian pramuka terlihat mengantuk,
apalagi para senior, yang semalam hanya maksimal tidur 2 jam. Oleh karena itu,
senior yang mempunyai jam tidur cukup akan mengatur para Labscout#2. Mereka
dilatih PBB lalu ada pelatihan menggunakan tongkat. Selain itu, ada beberapa
senior yang memilih bermimpi bersama Baden Powell saat siang hari.
Masih dalam perkemahan, namun
bagian lain, ada dua orang sedang bercengkerama, tak lain adalah Kak Abiyyi
Yahya Hakim dan Kak Daffa Ananda Rialdo. Terlihat Kak Daffa lebih mengantuk.
Maka dari itu, saya mencoba untuk menghilangkan rasa kantuk kawanku ini.
Bagiku, tidur dalam kegiatan seru seperti perkemahan ini akan membangkitkan
penyesalan saat terbangun, karena pasti kita melewatkan hal seru. “Daff, nanti
jurit malam bagaimana?”
“Iya, nanti kita harus
survei.”
“Yok, Daff, kapan lagi, kita harus survei sekarang!!”
“Yaudah, yok,
gue juga sedang nggak ngapa-ngapain,
nih!” Haha, daripada ketiduran, pasti ada aktivitas yang sangat lebih
bermanfaat. Kami agak mendaki untuk survei. Sambil menunjuk-nunjuk panorama,
kami merancang penetapan pos-pos yang akan dilalui. Namun, kami terhenti di
tengah jalan dengan agak kecewa namun lega. Kak Fattiah dan beberapa kawan
ternyata juga sedang survei. Akhirnya, setelah diskusi dan survei selama hampir
30 menit, kami penasaran dengan kegiatan Labscout#2.
Mujahid
muda maju ke hadapan
Sibakkan
penghalang satukan tujuan
Kibarkan
panji Labscout dalam satu barisan
Bersama
berjuang kita junjung keadilan
Pengajaran lagu. |
Selama kurang lebih 15 menit
saya mengajarkan Mars Pramuka,
selanjutnya mereka dibawa ke suatu lapangan besar untuk diajarkan yel untuk
penampilan penutup. Setelah itu, Sang Mahaguru Ukim Komarudin datang blusukan, memantau kegiatan per ekskul.
Ternyata, ba’da Ashar nanti ada materi dari Pak Ukim.
Shalat Ashar, lalu ada materi
yang sebenarnya kurang lebih mirip dengan materinya tahun lalu, namun ada beberapa
perubahan yang berguna seiring perkembangan waktu dan zaman. Namun, kutukan
penyesalan itu terjadi, saya pribadi mengantuk, dan hampir 50% waktu saat
materi Pak Ukim dilalui dengan tidur. Saat terbangun, sudah selesai. Kutukan penyesalan
pertama telah berjalan, walau ybs. ndak terlalu
menyesal.
Labscout kembali ke tanah
lapang untuk latihan. Kali ini Kak Gofur memegang kendali. Labscout#2 diajari
membuat tenda yang akan diaplikasikannya malam nanti. Ternyata ada perbedaan
rencana Kak Gofur dan tim survei jurit malam (Kak Fattiah, Abiyyi, Daffa,
dll.), namun sebentar lagi akan ada pelurusan. Ketika Kak Zaidan Akbar mengajar
tentang kompas, kami ber-13 merancang kegiatan. “Kak, kita harus merancang
kegiatan, Kak. Kita harus menentukan pos jurit malam nanti, lalu pergantian
Dewan Penggalang, dan penentuan peserta terbaik.”
“Iya, tapi yang paling dekat
adalah acara api unggun nanti malam, kita telah disuruh mengurusnya.” Wah,
makin banyak aja urusan. Lalu, kami berdiskusi mengenai acara api unggun nanti,
dan akan ada pembacaan Dasadarma, dan penyalaan api. Ica dan Uput akan menjadi
pemandu acara. Setelah itu, berlanjut ke diskusi mengenai acara jurit malam.
Hasil survei tim survei tadi tidak mencakup kegiatan memasak. Kak Gofur
menjelaskan lebih lanjut mengenai penginapan malam ini, karena Labscout tidak
akan bermalam menikmati Pulau Kapuk lagi di saung, namun akan merasakan
ganasnya hutan.
Kami hampir 30 menit merancang
kegiatan, lalu terlihat Kak Zaidan telah selesai mengajar Labscout#2. Selanjutnya, Kak Gofur melatih Labscout#2
bertenda, untuk bekal menghadapi nanti malam. “Kak, kami boleh ke saung sebentar, nggak?” Oh,
Fadhlan mungkin memiliki keperluan.
“Boleh, kalian
ke saung dulu ya, nanti langsung balik ke sini.” Akhirnya kami, Ekapurwa
Tilaka, bersantai sebentar ke perkemahan. Balik ke lapangan, ketika itu, ada insiden yang
mengenai salah satu Labscout#2.
“Kak Rafi dan Kak Haikal,
dalam 10 menit, buat tandu!! Itu ada yang nggak
bisa jalan, tuh.” Memang yang disuruh itu Kak Haikal dan Kak Rafi, namun,
pasti Labscout#1 yang lain membantu, ndak
mungkin mereka mengerjakan berdua saja. Ah, mana aku baru menggulung satu
ikatan tambang, sekarang harus dibuka lagi. Pembuatan tandu pun dimulai.
Mungkin tak sampai 10 menit, namun korban sudah terlanjur dibopong oleh salah
satu ortu murid. Hampir sia-sia usaha kami.
“Kamu selesaikan ini, lalu
gotong dia (Kak Kemal), dan ke perkemahan, kalian minta tolong seakan-akan dia
sakit.” Ah, ada saja usaha Kak Gofur. Ini bakal jadi lebih seru daripada
menggotong orang yang benar-benar sakit. Al-hamdulillah,
di antara kami ada anak teater, jadi sandiwara akan cukup lancar.
“Daff, nanti kau di depan ye, teriak buka jalan,” komando seorang
anak teater kepada Kak Daffa. Kemal tidak terlalu berat untuk digotong, namun
kami berjalan menurun, jadi harus tetap berhati-hati. Sejauh ini kami belum
menemui khalayak ramai, jadi belum bersandiwara. Memasuki perkemahan, Daffa
dkk. mulai berteriak membuka jalan.
“Oy, buka jalan, buka jalan.
Awas, awas.”
“Permisi, permisi, buka jalan.
Oy, ayo cepat!!” Orang-orang yang sedang bersiap shalat Maghrib dan banyak yang
sudah pakai mukena di tenda utama menjadi gaduh, karena benar takut. Omongan
seperti, “Siapa? Siapa? Wah, Kemal,” lalu “Ayo, ayo, cepat,” benar-benar
terdengar, seakan ini benar terjadi. Lalu penggotongan Kemal berakhir di lapak
Labscout, di sebelah tenda utama, namun tidak terlihat oleh jemaah shalat.
Karena sudah tidak terlihat, kami menggunakan senjata suara lebih tinggi, “Oy,
cepat cari obat!!” Kak Kuncoro, pembina kami, diberi tahu, “Kak, Kemal kram,
Kak!!”
“Oh, iya, ndak papa.”
“Coba sini lihat, Kak.” Kak
Kun memeriksa kedaan Kemal.
“Piye, Kem? Sehat, ‘kan? Oh, ya, masih hidup, kok.” Kak Kun seperti
telah memihak dalam jiwa. Oke, drama ini tidak berlangsung lama, karena perlahan
orang juga tahu apa yang terjadi. Selain itu, fokus khalayak terpecah juga,
karena semua hendak melaksanakan shalat Maghrib.
Setelah itu, kami semua shalat
Maghrib. Pascaibadah, seharusnya ada kegiatan makan malam. Namun, Labscout#1
sebagai koordinator acar api unggun belum mempersiapkan diri sama sekali. Maka
dari itu, Pratama Fadhlan meminta izin kepada Ketua Paskibra, Farraz, untuk
disintegrasi dalam hal makan malam. Setelah cukup latihan, ternyata makan malam
telah usai, maka kami makan ber-12, namun tetap rapi.
Setelah itu, di samping para
junior sedang berkumpul, senior yang memiliki waktu lowong bermusyawarah
mengenai acara api unggun. Ini merupakan pertemuan petinggi SkyPask-Labscout.
Setelah itu shalat Isya berjemaah. Lalu ada acara api unggun yang dikelola oleh
Labscout. Namun, lagi-lagi ada prosesi rasa kantuk. Kutukan penyesalan kedua
juga agak lancar.
Kegiatan ini bukan sekedar
perkemahan, namun esok hari para pramuka akan dilantik menjadi Penggalang Ramu.
Maka dari itu, syarat mutlaknya adalah terpenuhinya SKU Ramu. Ironisnya,
sebagian besar pramuka masih belum menyelesaikan setengah syarat itu. Pascaacara
api unggun, Ekapurwa Tilaka mencari tempat untuk pusat penyelesaian SKU.
Didapat saung KIR, yang masih belum dipakai pemiliknya. Namun, terlihat ada
senior, Rasyid Galela. “Bisakah kami pakai saung ini?”
“Tapi nanti akan dipake buat
forum sekitar 15 menit lagi.” Wah, aku harus memutar otak dan bernego dengan
Kak Gofur. Kak Gofur membuka lapak untuk sebentar di saung sebelah. “Nanti
sampaikan kepada Labscout#2 ya, tentang persiapan penjelajahan malam,” kata Kak
Gofur. Pelatih kami ini menyempaikan hal-hal untuk persiapan penjelajahan
malam. Saya disuruh mengumpulkan buku SKU para Labscout#2, yang artinya aku
harus memastikan semuanya menyelesaikan buku SKU. Aku mencium adanya potensi
pelelahan fisik.
“Saya beri toleransi, jika SKU
kalian sudah terpenuhi sebanyak 25, tidak apa-apa untuk dikumpulkan. Nanti kalo
sudah selesai serahkan kepada Kak Abiyyi. Untuk penjelajahan malam, persiapkan
dengan matang,” kira-kira itulah kata-kata Kak Gofur kepada Labscout#2 di
keheningan saung KIR.
Benar saja, mereka banyak yang
belum menyelesaikan SKU-nya. Boro-boro selesai
sampe 30, mereka bahkan belum sampe 20!! Ah, bakal capek nanti. Satu per satu
memang mulai menyerahkan buku SKU-nya kepadaku tanda bahwa SKU-nya telah
terpenuhi. Namun, di samping itu, waktu juga terus berjalan. Sedangkan saya
pribadi juga harus mempersiapkan jurit malam.
Ada satu junior yang bikin
pusing, karena mungkin dia yang paling sedikit SKU-nya telah terselesaikan. Kak
Daffa terkena pengaruhnya. Kak Abiyyi dan Kak Daffa termasuk senior yang paling
sedikit memiliki waktu istirahat. Kak Fadhlan mondar-mandir untuk mempersiapkan
pembangunan Labscout#2 dari mimpi mereka. “Pukul 23.45 kita bangunkan mereka,
lalu 00.00 langsung berangkat,” rencana sekaligus perintah Fadhlan kepadaku.
“Siap, Dhlan. Nanti aku minta
bantuan Rafi dan Daffdu. Rakhen, siap ye,
23.45 bangunkan Labscout#2. Raf, cek, Labscout#1 bangunkan dulu,” kataku sibuk.
“Haikal masih tidur, Kak.”
“Ah, ngawur kau, Haik. Tidur
kelamaan kau.” Aku agak khawatir soal keterlambatan mulainya jurit malam. Kak
Gofur juga masih terbaring tidur.
Beberapa menit aku menunggu
waktu yang telah ditentukan, sambil memastikan Rafi tetap siaga, sedangkan
Daffa juga masih siap tempur. Agak jauh, dekat bekas lokasi api unggun, ada
Rakhen Naufal. Akhirnya, 2 menit menjelang penggempuran, aku harus siaga.
Memastikan para senior bangun. “Raf, bangunkan senior!! Oy, Daff, Fadhlan mane, kah?”
“Tadi ada, bukan?” Ah,
Fadhlan, oh, Fadhlan, ke mana kau, bikin pusing wae.
“Yoy, cari Fadhlan, Daff!!
Raf, coba, Haikal wis bangun belum
itu?!” Kucoba mencari jejak Fadhlan ke tempat yang memungkinkan dilewatinya,
namun nyaris ndak ada. Kusuruh juga
si Rakhen.
“Kak, itu bukan? Itu siapa?” Astaghfirullah!! Modhyar juga nih, akhirnya Fadhlan tak kuasa menolak keindahan
Pulau Kapuk. Aku juga tak berani membangunkannya terang-terangan, lagipula ada
senior Paskibra juga tuh.
“Dhlan, oy, .... Dhlan! Wis Dhlan? Siap dibangunkan, ndak itu, Labscout#2?”
“Oh, iya, astaghfirullah.” Aheuy,
dia juga kaget. Oke, ane telah
mendapat perintah resmi dan langsung dari Sang Pratama, berarti Sang Mangku
Adat siap beraksi!!
“Raf, udah, Raf, bangunkan
ye!!” Aku bawa tongkat pendek, lalu langsung kupukulkan ke ketongan yang
menggantung di depan tiap saung. Ah, tapi sangat tidak manjur. Mereka pulas
juga ye. Maka dari itu, akhirnya harus digebrak, lalu ditiup kode Morse pake
peluit, walaupun mereka kemungkinan besar tidak paham pesannya, namun yang
pasti mereka mengerti telah dibangunkan. Tiap saung dengan susah payah Rafi
gebrak. Daffa tak kalah pamor, beliau ikut membangunkan orang per orang, yang
sebenarnya lumayan susah. Oke, jurit malam siaga dilaksanakan!!
Labscout#2
telah berbaris, Kak Gofur mengambil pimpinan, sedangkan penjaga pos
diperintahkan untuk langsung berjalan. Aku menjaga pos bayangan 2 bersama
Vania. Namun, tidak semua dari kami mengetahui letak pos-pos tersebut,
melainkan hanya tim survei yang tahu. Maka, Daffa dan tim survei lainnya ada
yang mengantarkan sampai pos 3.
Kak Abiyyi dan
Kak Vania sebagai penjaga pos bayangan 2 menunggu datangnya anak-anak
(Labscout#2). Hm, ada sebuah ketidaketisan dalam malam hari. Untuk mencegah
kebosanan, ada percakapan, “Ah, wigku hilang,” Kak Abiyyi memulai
percengkeramaan.
“Udahlah, kan
nggak boleh nakut-nakutin kata Kak
Gofur.” Wah, aku telah mencium suasana kevakuman dalam jurit malam ini, akibat
ada tanda perubahan sikap Kak Vania.
Beberapa saat
kemudian, kelompok pertama pun muncul. “Baden Powell!!”
“22
Februari!!” Mereka ada 5 orang, ada laki dan perempuan.
“Nanti lurus,
lalu belok kiri.” Ah, Vania sangat berterus terang. Aku makin merasakan
kevakuman.
“Cari sebuah
gubuk,” demi mementahkan kevakuman seorang Abiyyi akan tetap berusaha bertegas
yang legal di mata Vania yang sedang serius ini. Kelompok pertama pun jalan.
“Ah, Van,
frontal amat, jangan langsung kasih tahu begitu, le.”
“Kan nggak
boleh nakutin.”
“Ah, ndak
seru, le.” Kak Abiyyi masih depresi. Namun, beberapa saat kemudian ada kelompok
berikutnya. Kami harus bersiap.
Penahanan di pos bayangan 1. |
“22 Febuari!!”
Namun, seperti selanjutnya, Vania mengatakan keterusterangannya. Sang Mangku
Adat masih depresi. Sampai beberapa kelompok selanjutnya masih agak monoton,
walaupun ada beberapa yang agak diberi pengetesan.
Jurit malam berlangsung agak
lama, kelompok demi kelompok mendatangi pos demi pos, sampai akhirnya kelompok
terakhir telah mengunjungi pos kami. Beberapa saat kemudian Kak Fattiah bersama
beberapa kawan datang. Kuingat pesannya, “Kalo saya udah mendatangi pos kalian,
berarti semua kelompok udah lewat.” Lalu kutanya kepada Kak Fattiah.
“Masih ada satu kelompok lagi
di belakang, saya duluan ya.” Oh, ternyata masih ada. Tak lama kemudian
kelompok itu muncul.
Kak Rakhen Naufal
dan Kak Priyanti Nurul sebagai penjaga pos 1 telah bergerak juga. Setelah melayani kelompok
terakhir, seluruh Ekapurwa Tilaka bergerak menuju
ke pos 3, tempat Kak Haikal dan Kak Fadhlan, bisa dibilang pos mental. Selanjutnya,
kami mendatangi pos 2, tempatnya Kak Daffa Ananda dan Kak Uput. Oh, ternyata
masih ada 2 kelompok di sana. Ah, aku agak menyesal, seharusnya kelompok
terakhir kutahan Beberapa lama dahulu, supaya tak ada penumpukan kapasitas. “Tuh,
Van, ini sampe 2 kelompok. Harusnya kita tadi tahan dulu, ah.”
Perjalanan berlanjut ke
pos bayangan 3, oleh Kak Rafi Adiputra dan Kak Zaidan Akbar. Tak lama kemudian,
sampailah kami di pos 3. Kak Kun dan Kak Ghofur telah berada di sana.
Semua kelompok dikumpulkan. Mereka bersiap membuat tenda dan memasak. Namun
kutukan penyesalan ketiga dan ini merupakan yang paling parah dalam perkemahan
ini, kembali berjalan. Namun, mungkin itulah takdir. Katanya hampir seluruh
Ekapurwa Tilaka merasakan rasa kantuk, termasuk ingsun. Sebenarnya ingsun
tidak terlalu mengantuk, namun ada naluri lain yang membuat saya tidur.
Keteleran para Ekapurwa pascapenjagaan pos. |
Hal terakhir yang saya ingat,
“Ayo, sisanya ke bawah, nggak cukup,”
kata Pak Iman Nurjaman, pembina Paskibra yang ikut mendokumentasi kegiatan.
Orang-orang bersiap tidur, lalu karena ada ketidakcukupan kapasitas tenda, tiga
senior, Kak Abiyyi, Kak Daffa, dan Kak
Rakhen disuruh Pak Iman untuk bermalam di perkemahan.
“Besok shubuh balik lagi,” itu
satu perkataan lagi yang saya ingat. Sampai di perkemahan, ada lagi perkataan,
“Ada yang mau ke toilet?” Lagi-lagi dari Pak Iman. Daffa dan Rakhen mengatakan
mau ke toilet dulu, tapi saya tidak. Seharusnya saya menunggu Daffa di depan
toilet. Namun, lagi-lagi ada naluri untuk mengarahkan langkah kaki saya ke
saung.
“Daff, kutunggu di saung ye,”
kataku. Lalu kumasuk ke saung. Terlihat beberapa barang Labscout#2 masih
berceceran. Aku ndlosor ke tempat
tidur agak empuk itu, lalu tak ingat apa-apa lagi.
Minggu, 16 November 2015
Labscout#2 yang telah berpramuka rapi. |
Aku lihat Labscout#2 sudah
berpramuka rapi juga. Mereka berbaris rapi. Beberapa waktu kemudian, Labscout#2
disematkan TKU Ramu, dengan apel singkat.
Inilah sejarah kedua Labscout, yaitu
Penggalang Ramu Labscout#2!!
Sekitar pukul 11, seluruh
peserta pelantikan dikumpulkan, untuk persiapan pulang. Untuk
Labscout#2, barang-barang mereka memang sudah siap dari tadi pagi. Tinggal Beberapa
barang kecil milik kakak-kakak Ekapurwa yang masih berada di saung.
Senior-senior itu memeriksa barang-barang yang mungkin tertinggal, dan memang
ternyata banyak. Beberapa tas dan tentengan yang belum diketahui kepemilikannya
dikumpulkan di posko pusat Labscout, yaitu di depan saung putri di depan.
Beberapa saat kemudian, semua peserta diarahkan ke gerbang depan untuk
menunggu.
Aktivitas
penting telah dilaksanakan, setelah itu barulah makan pagi. Pengonsumsian ini
agak santai, tapi masih teratur. Ekapurwa Tilaka masih mempunyai urusan:
petugas apel penutupan. Maka, Ekapurwa berlatih apel. Kak Rafi Adiputra akan
bertindak sebagai pratama, sedangkan Kak Haikal sebagai komandan kompi paling kanan.
Penyematan TKU Ramu kepada Quinta Allaya, salah satu Labscout#2. |
Waktu
menunggunya cukup lama. Labscout membuat posko sementara, sekitar gerbang dalam
perkemahan. Ini merupakan kesempatan untuk bercanda ria. Namun, beberapa ada
juga yang masih merasakan kantuk. Memang seru bercengkerama dengan solidnya di
lapak lesehan, dengan kesantaian.
Tak jauh,
masih di lapak lesehan, ada pembicaraan yang cukup serius, atau bisa jadi
pembicaraan yang dibuat menjadi tegang oleh pembicaranya. Telihat ada Kak
Rakhen Naufal mengamati. “Eh, gue semalam merasakan ada yang aneh, deh. Kayak
ada yang mistis, gitu.”
“Oya, kau
semalam tidur di mana, kah?
“Di saung 17.”
“Lha, lantes
kau shalat Shubuh, kah?
“Nggak.”
“Oe, kau
bangun pukul berapa, kah?
“Nggak, tahu,
pokoknya dah sepi, deh.”
“Lha ndak bangunken aku, kah? Aku lebih telat
lagi. Oya, Rakhen tidur di mana?”
“Saung nomor
18, Kak,” jawab Rakhen.
“Hal terakhir
yang gue ingat itu pas mau tidur, habis itu nggak ingat apa-apa lagi.”
“Oya, aku juga
merasakan hal aneh, Daff,” tegas kawannya itu. Mereka bercerita makin
seriusnya.
“Kita kemarin
bertiga, to, tidur di saung, yang lainnya di tenda?”
“Iya, disuruh Pak
Iman dan Pak Kun.”
Setelah itu, berangkatlah mereka menuju Labsky. Perjalanan ditempuh selama
kira-kira 2 jam, namun ada penjalanan kutukan penyesalan keempat, selama
perjalanan seorang Abiyyi tertidur. Lalu, singkat waktu, kami telah sampai di
Labsky. Ekapurwa Tilaka mempersiapkan upacara penutupan. Dengan hanya
berkekuatan 12 personel, semua senior Pramuka itu menjadi petugas upacara. Kak
Rafi menjabat sebagai pratama, atau pemimpin upacara. Agak meleset dari rencana,
MC-nya adalah Kak Kuncoro Widagdho, pembina Pramuka. Dengan piawai beliau
menyampaikan bagian demi bagian upacara ini.
Bapak Muliadi Tarigan
menyampaikan amanat singkat mengenai pelantikan ini, dilanjutkan dengan doa,
yang dilantunkan oleh Kak Abiyyi Y.H.. Setelah itu, tiba saatnya prosesi
pelantikan. Orang tua memberikan tanda pelantikan kepada putra-putri
masing-masing.
Satu lagi yang menjadi acara
yang sangat dinanti, penampilan masing-masing ekskul. Penampilan pertama yaitu
dari ekskul KIR. Kesempatan itu dipakai Labscout untuk mempersiapkan
penampilan. Dengan mengutak-atik beberapa barisan, lalu Ekapurwa Tilaka yang
juga ikut dalam penampilan meninggalkan tugasnya. Beberapa detik kemudian,
inilah saat berbedar, ada perkataan dari Kak Kun, “Selanjutnya, Pramuka,
senior-junior, yang tergabung dalam Labscout!!!”
Siap
grak!! Yes, sir!!
Siap
grak!! Yes, sir!!
Armand Khalif S. dan Hana
Shabira sebagai pemimpin yel dengan semangat menyuarakan perintahnya.
Penampilan ini hampir mirip dengan penampilan tahun lalu, dengan sedikit
modifikasi kemodernan. Lagu Mujahid
Muda tetap ada, dan mungkin ini akan menjadi tradisi. Sekarang muncul lagu
baru, Pramuka Sejati. Atas ajaran Kak
Ica, lagu pendek ini bisa diajarkan kepada junior.
Rajin, terampil, dan gembira
Senantiasa praja muda karana
Sopan dan tak kenal rasa sombong
Bersahaja, setia, suka menolong
Yayayaya, itulah Pramuka
Pramuka sejati, sejati kata dan perilakunya
Lalu, unsur
lainnya banyak yang sama dengan warsa lalu.
Persiapan penampilan. |
Penampilan per
ekskul selesai, lalu ada saat yang berdebar: pengumuman peserta terbaik. Aku
agak penasaran karena ternyata senior tidak terlalu dilibatkan dalam penentuan
peserta terbaik. “Peserta terbaik putri,……… Quinta Allaya!!!” Sepertinya untuk
putri tidak ada konflik. Memang Quinta sangat terlihat menonjol. Kira-kira
siapa putranya ya? Jawaban ada di Kak Kun.
“Untuk putra,
…………………… Dzaki Aribawa!!!!” Wah, apa ini, hampir tak kuduga (karena seumur
hidup jarang sekali saya mengalami pesimistis 100%, jadi adanya “hampir”).
Tiba-tiba, aku teringat sesuatu ………. Astaghfirullahal-azhim.
Aku stres dengan munculnya nama Dzaki, karena ada Fadhlan. Wah, ada
kedinastian. Adakah kolusi dalam hal ini? Tapi kuyakin, Fadhlan tidak terlibat.
Namun, ini tetap menimbulkan kontroversi. Dalam sesi pemotretan, Fadhlan
mencuri kesempatan untuk berfoto bersama juniornya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar